14 Juni 2009

LAPISAN-LAPISAN YANG TERSEMBUNYI DALAM KEPRIBADIAN KITA

Pernahkah Anda heran ketika memikirkan mengapa Anda :

• memporakporandakan sesuatu
• jatuh cinta pada pandangan pertama
• merasa tertarik kepada tipe tertentu
• tidak bisa menenggang tipe lain
• serta-merta merasa tidak menyenangi seseorang tanpa
sebab-musabab

Kita diidentifikasikan dengan beberapa subpersonalitas kita,
dan kita berpikir bahwa mereka adalah "kita". Tetapi, pada tingkat yang bagaimana pun, kita selalu menyadari, atau kadang-kadang "kesadaran" itu justru tersimpan jauh di balik alam bawah sadar, bahwa ada bayangan yang bertentangan dengan identifikasi itu di dalam diri kita sendiri. Jung (Carl Gustav Jung) menggunakan istilah "bayangan", karena bagian dari diri kita yang tidak kita sadari itu berada dalam kondisi abnormal: atau ia tertidur lelap dan tidak mengambil bagian aktif, atau ia malah tidak kita akui sama sekali.
Karena kita tidak menyadari kehadirannya, kesadaran Ego kita pun tidak bertindak untuk mengendalikannya. Bila satu di antara energi bayangan ini melakukan aktivitas dan muncul ke permukaan, ia bisa mengganggu kesadaran kita tentang "siapa kita sebenarnya." Lalu kita pun mengomentari diri sendiri dengan kalimat-kalimat seperti "Saya tidak tahu apa yang sedang terjadi dengan diri saya," atau berapologi dengan "Tindakan seperti itu sesungguhnya bukan khas saya." Kadang-kadang kita bahkan berada "di luar diri kita sendiri", atau "didorong oleh sesuatu" sehingga melakukan tindakan yang sesungguhnya "tidak sesuai dengan kebiasaan kita." Peristiwa seperti ini terjadi karena sebuah subpersonalitas yang tersembunyi sedang muncul ke permukaan.
Kejadian ini tidaklah selalu menjengkelkan. Jatuh cinta (atau lebih dari itu: tergila-gila kepada seseorang), misalnya, lebih bisa dilihat sebagai proyeksi "Insan Pedalaman" kita terhadap lawan jenis. Secara psikologis, semua kita memiliki kesifatan jantan dan betina sekaligus. Atau, seperti yang dikatakan Jung, setiap pria memiliki sebuah anima, dan setiap wanita memiliki sebuah animus, yaitu energi pola dasar betina dan jantan di dalam diri masing¬masing orang.
"Jatuh cinta pada pandangan pertama" merupakan pengakuan terhadap model ideal kejantanan atau kebetinaan diri kita sendiri, yang terdapat dalam diri orang lain. Peristiwa ini sesungguhnya tidak terlalu berhubungan dengan seksualitas, atau bahkan dengan perbedaan jenis kelamin, melainkan lebih pada kualitas energi. Mungkin lebih bermanfaat (karena lebih jelas) menerangkan gejala ini dengan istilah dan pengertian yang dan yin, ketimbang meng¬gunakan istilah "jantan" dan "betina". Sebuah mitos purba memberikan kemanusiaan sebagai suatu hermaphrodite (kebancian) yang dibelah menjadi dua, dan kemudian berusaha menjadi utuh kembali dengan mencari "belahan"nya yang terpisah itu.

Sumber : Dr.Loui Pronto, Who’s pulling your strings?